Konsentrasi adalah kemampuan penting yang mendukung keberhasilan anak dalam belajar maupun beraktivitas sehari-hari. Namun, banyak anak sering kesulitan fokus karena mudah teralihkan oleh lingkungan sekitar, terutama di rumah. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang kondusif memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan perhatian dan performa akademik anak (Fauziah, 2020). Oleh karena itu, orang tua memiliki peran besar untuk menciptakan suasana yang kondusif sekaligus menyenangkan agar anak dapat berkonsentrasi lebih baik. Dengan strategi yang tepat, anak tidak hanya lebih fokus, tetapi juga menikmati proses belajar dan bermain.

1. Buat Area Belajar yang Nyaman
Sediakan tempat khusus untuk belajar dengan suasana tenang dan minim distraksi. Meja dan kursi yang sesuai dengan postur anak akan membantu menjaga kenyamanan. Hindari menaruh mainan atau gadget di sekitar area belajar. Menurut penelitian, desain ruang belajar yang terorganisir dapat membantu menstimulasi konsentrasi dan menurunkan potensi distraksi (Putra & Indrawati, 2021).

2. Gunakan Permainan Fokus
Libatkan anak dalam permainan sederhana yang melatih konsentrasi. Beberapa contoh adalah puzzle, lego, atau permainan mencari perbedaan gambar. Aktivitas ini melatih anak untuk memperhatikan detail sekaligus bersenang-senang. Studi internasional menemukan bahwa permainan berbasis puzzle dan kegiatan kognitif mampu meningkatkan kapasitas perhatian berkelanjutan pada anak (Thorell et al., 2019).

3. Terapkan Waktu Belajar Singkat
Konsentrasi anak biasanya lebih efektif dalam durasi singkat. Gunakan metode belajar 15–20 menit, lalu beri jeda istirahat singkat. Cara ini membantu anak tetap bersemangat tanpa merasa terbebani. Hal ini sejalan dengan temuan bahwa teknik pembelajaran berbasis interval pendek dapat memperbaiki daya ingat dan fokus pada anak usia sekolah (Susanti & Prasetyo, 2020).

4. Ajak Anak Bergerak
Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak sehingga membantu anak lebih fokus. Ajak anak melakukan peregangan ringan, lompat tali, atau berjalan sebentar sebelum kembali belajar. Latihan fisik ringan terbukti meningkatkan fungsi eksekutif otak termasuk perhatian (Donnelly et al., 2016).

5. Batasi Akses Gadget
Gadget sering menjadi penyebab utama anak sulit berkonsentrasi. Buat aturan jelas mengenai kapan anak boleh menggunakan gadget. Ajarkan bahwa ada waktu khusus untuk belajar, bermain, dan beristirahat. Penelitian membuktikan bahwa paparan layar berlebih dapat menurunkan durasi fokus anak secara signifikan (Radesky & Christakis, 2016).

6. Libatkan Anak dalam Rutinitas
Melibatkan anak dalam aktivitas rumah tangga juga dapat meningkatkan konsentrasi. Misalnya, membantu menata meja makan atau menyusun buku di rak. Aktivitas sederhana ini melatih anak untuk fokus pada tugas yang diberikan. Rutinitas sehari-hari berperan penting dalam mengembangkan disiplin diri dan keterampilan regulasi diri anak (Fauziah, 2020).

7. Berikan Apresiasi dan Dukungan
Setiap usaha anak untuk tetap fokus perlu dihargai. Orang tua bisa memberikan pujian, stiker, atau hadiah kecil sebagai bentuk apresiasi. Dukungan positif akan membuat anak semakin termotivasi untuk berkonsentrasi lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa reinforcement positif mampu meningkatkan motivasi intrinsik anak dalam belajar (Deci & Ryan, 2000).

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, orang tua dapat membantu anak membangun kemampuan fokus yang kuat sejak dini. Ingat, kunci keberhasilan ada pada konsistensi dan suasana yang menyenangkan. Semakin sering anak berlatih, semakin baik pula keterampilan konsentrasi yang akan ia miliki untuk mendukung masa depan.

Referensi:
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The “what” and “why” of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268. https://doi.org/10.1207/S15327965PLI1104_01
Donnelly, J. E., Hillman, C. H., Castelli, D., Etnier, J. L., Lee, S., Tomporowski, P., Lambourne, K., & Szabo-Reed, A. N. (2016). Physical activity, fitness, cognitive function, and academic achievement in children: A systematic review. Medicine & Science in Sports & Exercise, 48(6), 1197–1222. https://doi.org/10.1249/MSS.0000000000000901
Fauziah, N. (2020). Peran lingkungan belajar terhadap konsentrasi belajar siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 11(2), 112–120. https://doi.org/10.21009/JPD.112.08
Putra, A. Y., & Indrawati, T. (2021). Pengaruh lingkungan belajar terhadap konsentrasi siswa sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak, 6(1), 45–53. https://ejournal.upi.edu/index.php/jipa/article/view/33812
Radesky, J. S., & Christakis, D. A. (2016). Increased screen time: Implications for early childhood development and behavior. Pediatric Clinics of North America, 63(5), 827–839. https://doi.org/10.1016/j.pcl.2016.06.006
Susanti, R., & Prasetyo, D. (2020). Pengaruh teknik pembelajaran interval terhadap konsentrasi belajar siswa sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 9(3), 210–218. https://journal.uny.ac.id/index.php/jip/article/view/29210
Thorell, L. B., Lindqvist, S., Nutley, S., Bohlin, G., & Klingberg, T. (2019). Training and transfer effects of executive functions in preschool children. Developmental Science, 12(1), 106–113. https://doi.org/10.1111/j.1467-7687.2008.00745.x