Kecerdasan emosional merupakan kemampuan anak dalam mengenali, memahami, dan mengelola emosi dirinya maupun orang lain. Pada usia dini, masa keemasan perkembangan otak membuat anak sangat peka terhadap stimulasi emosional. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan aktivitas harian yang mendukung tumbuh kembang kecerdasan emosinya. Kegiatan ini tidak harus rumit; cukup dilakukan secara konsisten dan disesuaikan dengan usia serta kebutuhan anak.
Salah satu aktivitas yang terbukti efektif adalah bermain peran. Berdasarkan penelitian oleh Kurnia, Susanti, dan Mangkuwibawa (2021), bermain peran memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan berbagai emosi seperti senang, marah, takut, atau kecewa melalui karakter yang diperankan. Dengan bimbingan yang tepat, anak akan belajar mengenali dan mengelola emosinya secara lebih sehat. Permainan ini juga melatih anak memahami sudut pandang orang lain, yang merupakan bagian dari empati.
Selain bermain peran, aktivitas membaca buku cerita bergambar interaktif juga sangat dianjurkan. Menurut Rahmawati (2025), buku cerita yang mengangkat tema emosi anak seperti rasa kehilangan, persahabatan, atau konflik kecil sehari-hari bisa membantu anak mengidentifikasi dan menyebutkan emosinya. Cerita bergambar dengan karakter yang relatable memungkinkan anak belajar melalui pengalaman tokoh, sehingga meningkatkan kesadaran emosional dan sosial mereka. Kegiatan ini juga mempererat hubungan anak dengan orang dewasa saat dibacakan cerita.
Beberapa aktivitas harian lain yang mendukung kecerdasan emosional anak antara lain:
1. Menanyakan perasaan anak secara rutin, seperti "Bagaimana perasaanmu hari ini?"
2. Memberi contoh mengelola emosi secara sehat, seperti mengambil napas dalam saat marah.
3. Melibatkan anak dalam diskusi sederhana tentang solusi masalah, misalnya ketika mainan rebutan.
4. Memberikan pujian spesifik saat anak menunjukkan empati, seperti "Kamu hebat karena mau berbagi."
Penting untuk diingat bahwa pembentukan kecerdasan emosional adalah proses yang memerlukan pendampingan konsisten dan suasana aman. Anak yang merasa diterima dan dihargai emosinya akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, mudah beradaptasi, dan mampu membina hubungan sosial yang positif. Maka dari itu, menjadikan aktivitas pendukung emosi sebagai bagian dari rutinitas harian adalah investasi jangka panjang dalam tumbuh kembang anak usia dini.
Referensi:
Kurnia, A., Susanti, S., & Mangkuwibawa, H. (2021). Hubungan antara aktivitas bermain peran dengan kecerdasan emosional anak. Jurnal Golden Age, 5(01), 14-22.
Sahara, A., Hidayat, R., & Mentari, E. G. (2023). Peran orangtua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini. JURNAL AN-NUR: Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman, 9(01).
Rachman, B., & Pangestu, A. P. A. Metode Peningkatan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek. JURNAL PAUD AGAPEDIA, 9(1), 137-142.
Rahmawati, N. A. (2025). Pengembangan Buku Cerita Bergambar Interaktif Berbasis Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini(Master's thesis, Universitas Islam Negeri Saifuddin Zuhri (Indonesia)).
Salah satu aktivitas yang terbukti efektif adalah bermain peran. Berdasarkan penelitian oleh Kurnia, Susanti, dan Mangkuwibawa (2021), bermain peran memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan berbagai emosi seperti senang, marah, takut, atau kecewa melalui karakter yang diperankan. Dengan bimbingan yang tepat, anak akan belajar mengenali dan mengelola emosinya secara lebih sehat. Permainan ini juga melatih anak memahami sudut pandang orang lain, yang merupakan bagian dari empati.
Selain bermain peran, aktivitas membaca buku cerita bergambar interaktif juga sangat dianjurkan. Menurut Rahmawati (2025), buku cerita yang mengangkat tema emosi anak seperti rasa kehilangan, persahabatan, atau konflik kecil sehari-hari bisa membantu anak mengidentifikasi dan menyebutkan emosinya. Cerita bergambar dengan karakter yang relatable memungkinkan anak belajar melalui pengalaman tokoh, sehingga meningkatkan kesadaran emosional dan sosial mereka. Kegiatan ini juga mempererat hubungan anak dengan orang dewasa saat dibacakan cerita.
Beberapa aktivitas harian lain yang mendukung kecerdasan emosional anak antara lain:
1. Menanyakan perasaan anak secara rutin, seperti "Bagaimana perasaanmu hari ini?"
2. Memberi contoh mengelola emosi secara sehat, seperti mengambil napas dalam saat marah.
3. Melibatkan anak dalam diskusi sederhana tentang solusi masalah, misalnya ketika mainan rebutan.
4. Memberikan pujian spesifik saat anak menunjukkan empati, seperti "Kamu hebat karena mau berbagi."
Penting untuk diingat bahwa pembentukan kecerdasan emosional adalah proses yang memerlukan pendampingan konsisten dan suasana aman. Anak yang merasa diterima dan dihargai emosinya akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, mudah beradaptasi, dan mampu membina hubungan sosial yang positif. Maka dari itu, menjadikan aktivitas pendukung emosi sebagai bagian dari rutinitas harian adalah investasi jangka panjang dalam tumbuh kembang anak usia dini.
Referensi:
Kurnia, A., Susanti, S., & Mangkuwibawa, H. (2021). Hubungan antara aktivitas bermain peran dengan kecerdasan emosional anak. Jurnal Golden Age, 5(01), 14-22.
Sahara, A., Hidayat, R., & Mentari, E. G. (2023). Peran orangtua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini. JURNAL AN-NUR: Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman, 9(01).
Rachman, B., & Pangestu, A. P. A. Metode Peningkatan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek. JURNAL PAUD AGAPEDIA, 9(1), 137-142.
Rahmawati, N. A. (2025). Pengembangan Buku Cerita Bergambar Interaktif Berbasis Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini(Master's thesis, Universitas Islam Negeri Saifuddin Zuhri (Indonesia)).