Di era yang serba cepat dan digital, kehadiran orang tua dalam kehidupan anak sering kali hanya sebatas fisik, bukan emosional. Padahal, menjadi orang tua yang benar-benar hadir berarti terlibat secara aktif dalam proses tumbuh kembang anak, baik secara mental, emosional, maupun sosial. Alamsyah, Santosa, dan Abidin (2022) menyebutkan bahwa orang tua adalah sumber belajar sesungguhnya bagi anak, bukan hanya pendamping pasif. Kehadiran yang berkualitas menciptakan rasa aman, memperkuat ikatan emosional, dan membentuk karakter anak secara utuh. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa kehadiran sejati dimulai dari kesadaran dan keterlibatan.

Menjadi orang tua yang hadir bukan berarti harus selalu berada di sisi anak setiap waktu, melainkan mampu menciptakan momen yang bermakna. Nurlina (2019) menekankan bahwa di era digital, tantangan terbesar adalah menjaga kualitas interaksi di tengah gangguan teknologi. Orang tua perlu mengatur waktu tanpa gawai saat bersama anak, seperti saat makan malam, bermain, atau membaca buku bersama. Momen-momen ini menjadi ruang untuk mendengarkan, berdiskusi, dan memahami dunia anak. Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka akan lebih terbuka dan percaya diri dalam mengekspresikan diri.

Kehadiran emosional juga berarti mampu merespon kebutuhan anak dengan empati dan kesabaran. Anak-anak membutuhkan validasi atas perasaan mereka, bukan sekadar solusi atas masalah. Orang tua yang hadir secara emosional akan bertanya, “Apa yang kamu rasakan?” bukan hanya “Kenapa kamu menangis?” Pendekatan ini membantu anak mengenali dan mengelola emosinya dengan sehat. Selain itu, orang tua juga perlu menjadi teladan dalam bersikap, karena anak belajar lebih banyak dari perilaku yang mereka amati dibandingkan dari nasihat yang mereka dengar.

Berikut beberapa strategi praktis untuk menjadi orang tua yang benar-benar hadir:
● Luangkan waktu berkualitas tanpa gangguan teknologi.
● Dengarkan anak dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi.
● Validasi perasaan anak dan bantu mereka mengelola emosi.
● Libatkan anak dalam aktivitas harian dan pengambilan keputusan kecil.
● Tunjukkan kasih sayang melalui kata-kata, sentuhan, dan tindakan nyata.

Dengan menjadi orang tua yang benar-benar hadir, anak akan tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta, dukungan, dan rasa aman. Kehadiran yang tulus dan konsisten akan membentuk kepribadian anak yang kuat, mandiri, dan berempati. Di tengah tantangan zaman, kehadiran orang tua menjadi benteng utama dalam menjaga keseimbangan emosional dan moral anak. Maka, mari ubah pola “menemani” menjadi “menghadirkan diri” secara utuh dalam kehidupan anak.

Referensi:
Alamsyah, A., Santosa, S., & Abidin, Z. (2022). Orang tua sebagai sumber belajar sesungguhnya. Attractive: Innovative Education Journal, 4(1), 13–20.
Nurlina, N. (2019). Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak di Era Digital. An-Nisa, 12(1), 549–559.