Pertanyaan “kenapa?” dari anak sering kali muncul berulang kali dalam satu hari, dan meski terdengar sederhana, menjawabnya membutuhkan kesabaran dan strategi. Anak-anak bertanya bukan untuk menguji orang tua, tetapi karena mereka sedang membangun pemahaman tentang dunia. Menurut Bettinger dan Slonim (2007), anak-anak memiliki kapasitas belajar yang tinggi, namun kesabaran mereka masih berkembang, sehingga mereka membutuhkan penjelasan yang konkret dan penuh empati. Orang tua yang mampu menjawab dengan sabar akan membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan berpikir kritis. Maka, penting bagi orang tua untuk melihat pertanyaan “kenapa?” sebagai peluang belajar, bukan gangguan.

Menjawab pertanyaan anak tidak harus selalu panjang dan rumit. Yang terpenting adalah menyampaikan informasi dengan cara yang sesuai usia dan mudah dipahami. Lee (1993) menyarankan pendekatan kreatif seperti menggunakan seni, cerita, atau permainan untuk menjelaskan konsep yang abstrak. Misalnya, saat anak bertanya “Kenapa hujan turun?”, orang tua bisa menggunakan ilustrasi atau lagu sederhana untuk menjelaskan proses alam. Pendekatan ini tidak hanya membuat anak lebih mudah memahami, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua. Kreativitas dalam menjawab pertanyaan akan membuat proses belajar menjadi menyenangkan dan bermakna.

Namun, tidak semua pertanyaan bisa dijawab saat itu juga, dan orang tua tidak perlu merasa bersalah jika butuh waktu untuk mencari jawaban. Yang penting adalah mengakui pertanyaan anak dan menunjukkan bahwa rasa ingin tahu mereka dihargai. Orang tua bisa mengatakan, “Itu pertanyaan bagus, nanti kita cari tahu bersama, ya.” Dengan cara ini, anak belajar bahwa tidak semua jawaban tersedia secara instan, dan proses mencari tahu juga bagian dari pembelajaran. Ini sekaligus mengajarkan anak tentang kesabaran dan pentingnya eksplorasi.

Berikut beberapa strategi praktis untuk menjawab pertanyaan “kenapa?” dari anak dengan sabar dan efektif:
● Dengarkan pertanyaan anak dengan penuh perhatian dan hindari reaksi negatif.
● Jawab dengan bahasa yang sederhana dan sesuai usia anak.
● Gunakan ilustrasi, cerita, atau aktivitas untuk menjelaskan konsep.
● Akui jika belum tahu jawabannya dan ajak anak mencari tahu bersama.
● Berikan pujian atas rasa ingin tahu anak untuk mendorong semangat belajar.

Dengan menjawab pertanyaan anak secara sabar dan kreatif, orang tua turut membentuk karakter anak yang kritis, percaya diri, dan penuh rasa ingin tahu. Proses ini bukan hanya tentang memberi informasi, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dan mendukung perkembangan kognitif anak. Maka, mari ubah cara pandang terhadap pertanyaan “kenapa?” dari sesuatu yang melelahkan menjadi momen berharga dalam perjalanan tumbuh kembang anak.

Referensi:
Bettinger, E., & Slonim, R. (2007). Patience among children. Journal of Public Economics, 91(1–2), 343–363.
Lee, M. A. (1993). Learning through the arts. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 64(5), 42–46.